Kamis, 04 Agustus 2011

Tugas Dasjur..

Teknik meliput berita

Teknik reportase atau teknik peliputan berita merupakan hal mendasar yang perlu dikuasai para jurnalis. Namun, membahas teknik reportase, berarti juga membahas bagaimana cara media bekerja, sebelum mereka memutuskan untuk meliput suatu acara, kegiatan atau peristiwa.

Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita, serta kebijakan redaksional (editorial policy). Berikut ini adalah sejumlah kriteria kelayakan berita, yang bersifat umum untuk semua media:

1. Penting. Suatu peristiwa diliput jika dianggap punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.

2. Aktual. Suatu peristiwa dianggap layak diliput jika baru terjadi.

3. Unik. Suatu peristiwa diliput karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa.

4. Asas Kedekatan (proximity). Suatu peristiwa yang terjadi dekat dengan kita (khalayak media), lebih layak diliput ketimbang peristiwa yang terjadi jauh dari kita.

5. Asas Keterkenalan (prominence). Nama terkenal bisa menjadikan berita.

6. Magnitude. Magnitude ini berarti "kekuatan" dari suatu peristiwa.

7. Human Interest. Suatu peristiwa yang menyangkut manusia, selalu menarik diliput.

8. Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik untuk diliput.

9. Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian untuk diliput media.

Penggalian informasi ini membawa sang reporter untuk melalui tiga lapisan atau tahapan peliputan:

1. Lapisan pertama, adalah fakta-fakta permukaan. Seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato, dan sebagainya. Lapisan pertama ini adalah sumber bagi fakta-fakta, yang digunakan pada sebagian besar berita.

2. Lapisan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter. Di sini, sang reporter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, liputan atas peristiwa-peristiwa spontan, dan sebagainya.

3. Lapisan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis. Di sini si reporter menguraikan signifikansi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebabnya, dan konsekuensinya.

Kamis, 21 Juli 2011

LEAD "SARMINI, TKI YANG SARJAN DI MALAYSIA"

Ditengah cerita duka nestapa nasib buruk yang menimpa para tenaga kerja migran kita, Sarmini (28) memberi angin sejuk. berkad tekad, semangat, rajin belajar disela-sela kerja keras dirumah majikan, dan ketekunannya, ia pulang dari malaysia dengan menggondol gelar sarjana muda. kini ia di tawari bekerja di pemerintah kabupaten Banyumas, jawa tengah
oleh: GREGORIUS MAGNUS FINESSO

LEAD "NEGARA BERTABURAN LEMBAGA"

"fantastis, selain kementrian, ada lebih 116 lembaga"

JAKARTA-KOMPAS- indonesia bertaburan lembaga atau komisi negara, saat ini terdapat 88 lembaga pemerintah nonstruktural, selain 34 kementrian. jumlah itu belum termasuk 28 lembaga pemerintah nonkementrian, Tim, dan satuan tugas yang di bentuk presiden untuk menangani persoalan tertentu secara ad hoc.

TEKNIK RAPAT REDAKSI

Proses pembuatan berita pada prinsipnya tak banyak berbeda di semua berita. dimedia yang sudah mapan, biasanya telah dibuat semacam prosedur operasional standar (SOP) dalam pembuatan berita, untuk menjaga kualitas berita yang dihasilkan.
proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi, yang juga merupakan jantung operasional media pemberitaan. rapat redaksi merupakan kegiatan rutin, yang penting bagi pengembangan dan peningkatan kualitas berita yang dihasilkan.
Dalam rapat redaksi ini, para reporter, juru kamera, redaktur, bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. usulan itu sendiri bisa bersumber dari berbagai sumber. misalnya: undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang sudah dimuat atau ditayangkan dimedia lain, hasil pengamatan pribadi si jurnal, masukan dari nara sumber/informan, dan sebagainya.
sasaran rapat redaksi
1. untuk mengkoordinasi kebijakan redaksi dan liputan
2. untuk menjaga kelancaran komunikasi antara staf redaksi (komunikasi antara reporterjuru kamera, staf riset, redaktur,dan sebagainya)
3. untuk memecahkanmasalah yang timbul sedini mungkin (potensi hambatan teknis dalam peliputan, keterbatasan sarana/alatuntuk peliputan, keamanan dalam peliputan,dan sebagainya)
4. untuk menghasilkan hasil liputan yang berkualitas.
Dari rapat redaksi ini, di tentukan topik, yang mau di liput sekaligus di tunjuk reporter (plusjuru kamera) yang harus meliputnya. dalam pembahasan yang lebih rinci, bisa dibahas juga angle (sudut pandang) yang dipilih dari topik liputan bersangkutan, serta narasumber yang harus di wawancarai. untuk kelengkapan data, staf riset bisa diminta mencari data tambahan guna menyempurnakan hasil liputan nantinya.
sesudah tugas dibagikan secara jelas dalam rapat redaksi, dan redaktur memberi brifing pada reporter, berbekal informasi serta arahan tersebut,si reporter pun segera meluncur kelapangan.dalam proses peliputan, bila ada masalah dalam peliputan di lapangan, si reporter dapat berkonsultasi langsung dengan redaktur yang menugaskannya. hambatan itu misalnya, narasumber menolak untuk di wawancarai atau peristiwa yang diliput tidak seperti yang di bayangkan.
setelah selesai meliput, si reporter kembali ke kantor, dan melaporkan hasil peliputannya kepada redaktor yang memberi penugasan. sang redaktur memberi penilaian, apakah hasil itu sesuai dengan hasil rancangan awal, yang sebelumnya di tetapkan dalam rapat redaksi. apakah ada hal-hal yang baru, yang mungkun lebih menari yang bisa diangkat dalam penulisan, atau sebaliknya, hasil liputan ternyata biasa saja, tidak sehebat atau sedramatis yang diharapkan.
redaktur juga melihat, apakah ada hal yang kurang terliput oleh si reporter, apakah hasil liputan sudah lengkap? redaktur juga mempertimbangkan asas keberimbangan dan proporsionalitas dalam isi pemberitaan. misalnya: apakah jumlah narasumber sudah cukup? apakah narasumber yang diwawancarai sudah mewakili berbagai kepentingan yang terlibat?
Berdasarkan berbagai pertimbangan itu, redaktur mengusulkan dimana berita itu akan ditempatkan, disejumlah media, ada rapat husus (kadang-kadang disebut rapat budgeting, meski ini tidak ada hubungannya dengan uang) untuk membahas penempatan berita. namun, dala rapat ini, reporetr tidak ikut serta karna sudah diwakili oleh redakturnya. di rapat ini dibahas apakah hasil liputan itu layak untuk berita utama di halaman pertama, atau sekedar layak untuk dimuat pendek di halaman dalam, atau justru tidak layak di muat sama sekali.
sesudah jelas berita itu akan di muat di halaman mana, seberapa panjangnya, serta penekanan pada aspek yang mana, si reporter di susruh menuliskannya, hasil penulisan di serahkan kepada redaktur terkait, untuk di sunting dari segi bahasa dan isinya. sebelum berita ini di muat, kadang-kadang harus melalui prose penyuntingan bahasa oleh editor penyunting yang khusus memeriksa gaya bahasa, jika berita itu di anggap layak menjadi berita utama, biasanya redaktur pelaksana atua pemimpin bisa ikut terlibat.
kemudian, berita pun di muat. demikianlah proses pembuatan berita pada umumnya di media cetak.khusus untuk media televisi, faktor ketersediaan gambar ikut berpengaruh, bahkan sangat berpengaruh, mengenai apakah suatu item akan di tayangkan, format penanganannya banyak tergantung pada ketersediaan gambar.
menggali informasi
tugas seorang reporter biasanya adalah mengumpulkan informasi, membantu publik untuk memahami peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi kehidupan mereka. penggalian informasi ini membawa si reporter kedalam tiga lapisan atau tahapan peliputan.
lapisan pertama,adalah fakta-fakta permukaan , seperti: siaran pers, konferensi pers, rekaman pidato dan sebagainya. lapisan ini adalah sumber dari fakta-fakta, yang di gunakan pada sebagian besar berita, informasi ini di gali dari bahan yang disediakan dan di kontrol oleh narasumber, oleh karna itu , isi mungkin masih sangat sepihak, jika reporter hanya mengandalkan informasi lapisan pertama, perbedaan antara jurnalisme dan siran pers humas menjadi sangat tipis.
lapisan kedua, adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si reporter, disini sang repoerter melakukan verifikasi, pelaporan investigatif, laporan atas peristiwa-peristiwa spontan dan sebagainya. disini. peristiwa sudah bergerak diluar kontrol narasumber awal, misalnya: ketika narasumber tidak mentah-mentah menelan begitu saja keterangan HUMAS PT.CITRA PALU MINERAL, tetapi si reporter datang ke tambang emas poboya, dan mewawancarai langsung para warga dan penambang yang terlibat pro kontra antara pihak masyarakat sipil, pemerintah kota dan dari PT. CITRA PALU MINERAL sendiri. palu
lapisan ketiga, adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis, disini si reporter menguraikan signifikasi atau arti penting suatu peristiwa, penyebab-penyebanya atau konsekuensinya publik tidak hanya ingin tau apa yang terjadi, tetepi mereka juga ingin tau bagaimana dan mengapa peristiwa itu terjadi, apakah makna peristiwa itu bagi mereka, dan apa yang mungkin terjadi sesudahnya (dampak susulan yang akan terjadi) seorang reporter harus selalu berusaha mengamati peristiwa secara langsung, ketimbang hanya mengandalkan pada sumber-sumber lain. yang kadang -kadang hanya memanipulasi atau memanfaatkan pers. salah satu taktik tang di lakukan narasumber adalah mengadakan media event, yakni sutu tundakan yang sengaja dilakukan untuk menarik prhatian media. verifikasi, pengecekan latar belakang,observasi langsung, dan langkah peliputan yang seriuas bisa memperkuat dan kadang-kadang membenarkan bahan awal yang di sediakan narasumber.

Selasa, 05 Juli 2011